Peningkatan aktivitas gunung api di berbagai wilayah menjadi perhatian serius dalam beberapa waktu terakhir. Fenomena ini ditandai dengan meningkatnya kegempaan vulkanik, erupsi freatik, hingga perubahan status gunung api. Artikel feature ini mengulas penyebab meningkatnya aktivitas vulkanik, dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan, serta langkah mitigasi yang perlu diperkuat untuk meminimalkan risiko bencana.
Peningkatan aktivitas gunung api biasanya ditandai oleh sejumlah indikator ilmiah. Di antaranya adalah meningkatnya gempa vulkanik, perubahan suhu kawah, keluarnya gas belerang dalam jumlah besar, serta deformasi tubuh gunung yang terdeteksi melalui alat pemantauan.
Secara geologis, aktivitas gunung api dipengaruhi oleh pergerakan magma dari dapur magma ke permukaan. Tekanan magma yang meningkat, perubahan komposisi gas, serta interaksi magma dengan air tanah dapat memicu letusan.
Selain faktor internal bumi, kondisi tektonik di wilayah Cincin Api Pasifik turut berperan dalam meningkatnya aktivitas gunung api di Indonesia dan negara lain.
Erupsi dan peningkatan aktivitas gunung api membawa dampak langsung bagi masyarakat sekitar. Abu vulkanik dapat mengganggu kesehatan pernapasan, merusak tanaman, dan menghambat aktivitas ekonomi. Jalur penerbangan pun kerap terdampak akibat sebaran abu di udara.
Pemerintah melalui lembaga terkait terus meningkatkan pemantauan gunung api dengan teknologi modern, seperti seismograf, kamera termal, dan pemantauan gas vulkanik. Informasi dari hasil pemantauan menjadi dasar dalam penetapan status gunung api dan langkah evakuasi.